Secuil Tradisi Ruwatan

11 Februari 2012

Masyarakat Jawa memiliki beraneka ragam tradisi yang menarik untuk diulas. Salah satu tradisi itu adalah tradisi Ruwatan. Upacara Ruwatan merupakan tradisi Jawa asli yang sudah mentradisi sejak jaman Majapahit.

Hal ini dikuatkan oleh temuan beberapa candi yang dibangun pada jaman Majapahit yang menggambarkan relief Ruwatan, misalnya Candi Sukuh di Surakarta Jateng dan Candi Tegal Wangi di Kediri Jawa Timur.


Mengapa perlu tradisi Ruwatan?
Sebenarnya ini dapat dipaparkan secara ilmiah spiritual. Tradisi Ruwatan berawal dari pandangan bahwa setiap anak yang dilahirkan dalam ’’keadaan / saat tertentu / orang berbuat sesuatu yang dianggap aib atau berdosa", pembawa nasib sial manusia! Jika dipahami secara religius sebagai dosa asal. 

Dalam pemahaman Jawa mereka yang mempunyai aib atau dosa itu akan menjadi mangsa Bathara Kala. Bathara Kala adalah Dewa Waktu yang digambarkan Dewa raksasa yang besar dan menakutkan tetapi wajahnya tenang, tabiatnya senang membunuh makhluk lain demi membela hidupnya.

Agar manusia yang mempunyai "aib atau dosa" itu tidak dimangsa Bathara Kala, maka manusia itu harus dibebaskan. Upacara Ruwatan menurut masyarakat Jawa merupakan jalan / usaha untuk membebaskan manusia dari aib dan dosa atau nasib sial sekaligus menghindarkan diri dari malapetaka.

Siapa saja yang perlu diruwat??
Manusia yang perlu diruwat disebut dengan istilah Sukerto. Manusia yang perlu diruwat antara lain :
1. Anak ontang-anting (anak tunggal laki-laki)
2. Anak unting-unting (anak tunggal perempuan)
3. Anak lumunting (anak yang lahir tanpa plasenta)
4. Anak serimpi (4 perempuan semua)
5. Anak seramba (4 laki-laki semua)
6. Anak pendawa (5 laki-laki semua)
7. Anak pendawi (5 perempuan semua)
8. Anak pendawa medhangake (5 bersaudara, 4 laki-laki, 1 perempuan)
9. Anak pendawi ipil-ipil (5 bersaudara, 4 perempuan, 1 laki-laki)
10. Anak uger-uger lawang (2 anak laki-laki semua)
11. Anak kembang sepasang (2 anak perempuan semua)
12. Anak kedana kedini (2 anak : laki-laki dan perempuan)
13. Anak julung wangi (anak yang lahir bersamaan matahari terbit)
14. Anak julung pujud (anak yang lahir bersamaan matahari terbenam)
15. Anak margana (anak yang lahir sewaktu dalam perjalanan)
16. Anak condang kasih (anak kembar yang satu berkulit hitam dan satunya putih)
17. Anak dampit (anak kembar : satu laki-laki dan satu perempuan)
18. Orang yang menjatuhkan dandang (alat menanak nasi)
19. Orang yang menaruh beras didalam Lesung
20. Orang yang mematahkan batu gilasan (batu pipisan)
21. Orang yang mempunyai kebiasaan membakar rambut dan tulang
22. Orang yang membuat pagar sebelum rumahnya jadi

Kriteria di atas sebenarnya hanya beberapa kriteria dari sekitar 50-an orang yang perlu diruwat. Pada hakikatnya upacara Ruwatan adalah bentuk manifestasi permohonan kepada Tuhan Yang MahaMurah agar anak yang diruwat serta keluarganya memperoleh keselamatan, kesejahteraan, dan ketentraman.


-artikel ini pindahan dari mikimagz!-

0 comments:

Posting Komentar